![]() |
Rakor Persiapan Pergamanas II 2019 LP Maarif NU Jateng. (Foto: Ibda) |
Alhimna.Com –
PW LP Ma'arif NU Jawa
Tengah menggelar Rapat Koordonasi dan Persiapan Pergamanas II tahun 2019 di
Hotel Muria Semarang, Kamis (13/12/2018).
Hadir Ketua PWNU Jateng, KH. Muzammil, Sekretaris PWNU Jateng KH. Hudalloh
Ridwan, Ketua LP Ma'arif PWNU Jateng R. Andi Irawan, jajaran pengurus LP
Ma'arif PWNU Jateng periode 2018-2023 dan perwakilan LP Ma'arif PCNU
Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah.
Dalam sambutannya Ketua LP Ma'arif PWNU Jateng, R. Andi Irawan mengatakan bahwa kepengurusan
LP Ma'arif NU Jawa Tengah periode 2018-2023 adalah murni dari amanah Rais
Syuriah dan Tanfidiyah PWNU Jawa Tengah untuk memajukan pendidikan di bawah
Ma'arif NU se-Jawa Tengah.
"Kita harus bersinergi, menjaga ukhuwah
nahdliyah agar memajukan pendidikan di bawah naungan LP Ma'arif NU se-Jawa Tengah,"
kata dia.
Dalam kesempatan itu ia mengatakan ada program yang secara global menjadi garapan pengurus
baru dalam rangka memajukan pendidikan di bawah LP Ma’arif NU se-Jateng.
"Pertama adalah
peningkatan mutu satuan pendidikan di bawah Ma'arif NU. Kami akan membuat tim
pendamping satuan pendidikan di bawah yang bekerjasama dengan LP Ma'arif di
tingkat PCNU. Nanti tidak kerja sendiri, ke depan akan kita ambil para tim
perumus dari tingkat PWNU dari unsur akademisi, peneliti, praktisi. Sedangkan
yang di tingkat PCNU adalah tim pengembang yang mendampingi peningkatan mutu
dari aspek kurikulum, metode pembelajaran, manajemen, dan lainnya," kata
pria asal Pati tersebut.
Kedua, kita dihadapkan
dengan krisis ideologi. "Salah satunya ideologi radikalisme. Maka
penguatan ideologi Aswaja Annahdliyah
urgen di tengah perang ideologi global," lanjut dia.
Sebab, kata dia, selama ini mata pelajaran Aswaja dan Ke-NU-an hanya dianggap
muatan lokal. "Kami berencana, ke depan kami siapkan pendidikan khusus
untuk guru yang menguatkan pemahaman tentang Aswaja dan Ke-NU-an," ujar
Andi.
Ketiga, problem
moralitas. "Salah satu program di sini adalah penguatan wali murid,
komite, selain menguatkan evaluasi namun juga menguatkan ideologi Aswaja Annahdliyah," sambungnya.
Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan meminta saran kiai sepuh untuk meminta arahan
agar metode khusus dengan tujuan menguatkan moral. "Karena kalau problem
moral ini tidak cukup dengan ceramah agama, namun metodenya harus di atas ESQ
namun metode ini tidak cocok di Ma'arif NU," lanjut dia.
Keempat, problem literasi. "Literasi ini
menjadi problem nasional, karena
negara kita tingkat literasinya nomor dua di dunia. Budaya kita masih verbal,
jarang yang berdiskusi, membaca, meriset, menulis, sehingga nanti akan lahir
hadir anak-anak dari Ma'arif yang luar biasa kemampuan literasinya," beber
dia.
Kelima, problem satuan
pendidikan Ma'arif belum merata. "Daerah yang NU lemah di sana, ini
menjadi garapan kami agar ke depan banyak sekolah berlabel Ma'arif yang
manajemennya bagus, pengelolaannya baik," beber dia.
Keenam, manajemen yang
masih konvensional. "Ke depan, manajemen berbasis digital, IT, agar
manajemen di madrasah atau sekolah Ma'arif modern dan mampu menjawab tantangan
zaman," tukas dia.
Ke depan, kata dia, PWNU Jateng telah menginstruksikan lembaga-lembaga di
bawah NU untuk bersinergi baik itu Lazisnu, Pergunu, dan lainnya.
Dalam kegiatan Rapat Koordinasi tersebut, Ketua PWNU Jateng, KH. Muzammil
menyampaikan bahwa pendidikan Ma'arif NU Jawa Tengah selama ini sudah berjalan
baik.
"Kalau ada masalah, problem,
berarti itu menunjukkan kita masih manusia. Kalau ada masalah, kita pasti ada
ikhtiar lahir yang penting, namun ikhtiar batin juga sangat penting," tandasnya dia.
Karena Maarif di bawah NU, maka
tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional dan punya tujuan sendiri yang
mengacu pada konsep dan ajaran dari ulama salafussalih
yang terdahulu. "Harusnya kita mendidik anak tidak hanya sejahtera secara
materi namun juga sejahtera imateri," katanya.
Dalam sistem pendidikan nasional, manajemennya ada input, proses,
kemudian proses. "Kita boleh bekerjasama dengan lembaga pendonor, namun harus berorientasi
pada output yang bagus," ungkapnya.
Ke depan harus ada kerjasama. Semua itu tidak dapat dicapai jika hanya LP Ma'arif NU saja. "Namun
harus bersinergi dengan LBM NU, LTN NU, Pergunu."
Ada beberapa rekomendasi PWNU Jateng untuk Rapat Koordinasi LP Ma’arif NU
Jawa Tengah tersebut. Pertama,
mendirikan madrasah unggulan. Kedua,
mendirikan labschool unggulan. Ketiga, mendirikan penjamin mutu
pendidikan.
Keempat, memperkuat
jaringan pendidikan dengan stakeholder
dengan birokrasi. Kelima, memperkuat
kelembagaan organisasi guru NU. Keenam,
mendorong cabang mendirikan madrasah Ma’arif. Keenam, memperkuat tenaga pendidikan yang memiliki kompetensi Aswaja Annahdliyah.
Sekretaris PWNU Jateng, KH. Hudalloh Ridwan yang mewakili KH Ubaidillah Shodaqoh, Rais Syuriah
PWNU Jawa Tengah memantik spirit
berideologi Aswaja Annadliyah.
“Ber-NU adalah memberi pelayanan, pengkhidmatan, kepada umat Rasulullah Saw,”
tegas dia.
Maka di NU, katanya, ada lembaga pendidikan, ekonomi, dan lainnya yang
tidak bisa berjalan sendiri. “Namun harus secara jam’iyah, kelembagaan, dalam
rangka mewujudkan visi besar NU, yaitu membentengi paham radikal,
dengan menegakkan Islam Aswaja
Annahdliyah dan menegakkan nasionalisme sebagai benteng NKRI,” kata dia.
Kepada peserta harus aktif dan yakin, karena besuk-besuk belum tahu masih NU atau tidak. “Saya yakin NU
akan tetap ada sampai kiamat. Kita boleh mati, tapi NU tidak,” pungkasnya. (hi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar