Alhimna.Com - Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
Kabupaten Jepara menyelenggarakan Seminar Lintas Agama; Membangun
Solidaritas dan Kerukunan Antar Umat Beragama di Kabupaten Jepara Menjelang Pemilu
2019” yang berlangsung di Ruang Setda II Pemkab Jepara, Sabtu (27/10/2018)
malam.
Kegiatan yang dihadiri tokoh lintas agama,
ormas keagamaan, panwascam serta organisasi kepemudaan ini menghadirkan
beberapa pembicara. Di antaranya Pendeta mewakili lintas agama, Kesbangpol,
Kemenag, Bawaslu dan MUI.
Bupati Jepara, Ahmad Marzuqi dalam sambutannya
mengatakan masyarakat tidak perlu terusik dan terganggu dengan
gangguan-gangguan yang ada. “Kedewasaan dalam menyikapi masalah sangatlah
diperlukan. Meski saat sekarang ini, banyak oknum yang memancing kegaduhan,”
katanya.
Marzuqi menambahkan tantangan hari ini adalah
keberadaan media sosial yang lebih banyak dominan hal negatif daripada hal
positifnya. “Oleh karenanya dalam hal menyikapinya perlu kedewasaan,”
tambahnya.
Kesempatan itu ia menandaskan slogan,
"jangankan kaca pecah, ranting patah pun jangan", harus terus kita
gaungkan dan junjung tinggi.”
Pendeta David, mewakili lintas agama
mengemukakan pemimpin yang terpilih adalah kewenangan dan otoritas tuhan yg
menentukan, manusia hanyalah ihtiar.
Kepada audiens David memaparkan negara lain
maju karena ada yang ditakuti sehingga berlomba-lomba ingin memenangkan
kompetisi. “Negara indonesia tidak maju sebab tidak ada yang ditakuti, bahkan
kepada tuhan pun tidak takut,”
Pihaknya kagum dengan sembahyang muslim, “setelah
bersyahadat, ia mengucap salam ke kanan dan ke kiri, sebagai isyarat bahwa ia
harus membawa keselamatan bagi semua pihak,” tandasnya.
Sebagai penganut agama Kristen ia menyatakan pimpinan
itu ibarat kepala yang harus dihormati sehingga umat kristiani tidak pernah
mendemo pemimpinnya.
Hal lain diuraikan Kepala Kesbangpol Jepara,
Dwi Riyanto. Menurutnya pihaknya pernah melihat dominasi agama di wilayah
tertentu, seperti katolik yang dominan di flores, hindu di bali, Islam di aceh,
dsb. “Yang paling terkesan adalah kesedian untuk melebur pada kesatuan NKRI.”
Pihaknya melanjutkan pemerintah perlu memfasilitasi
dan mendorong proses yang baik dalam pemilu. Serta punya peran dan tugas
sosialisasi agar pemilu sukses.
“Kami berharap apa yang terjadi di pusat tidak
terjadi di Jepara. Deklarasi pemilu damai merupakan bentuk harapan bersama agar
pemilu benar-benar sejuk dan kondusif,” harap Dwi.
Kepala Kemenag Jepara, H. Nor Rosyid yang
juga menjadi pemateri melontarkan pernyataan umat beragama yang baik selain
taat dalam ritual agamanya juga harus saleh sosialnya. “Keberagaman dalam
keyakinan Islam adalah sunnatullah, oleh karenanya harus disyukuri dan
dijaga.”
Ketua Bawaslu Jepara, Sujiantoko mengutarakan
umat beragama dalam pemilu memiliki hak dalam memilih dan dipilih. Selain itu,
juga memiliki hak untuk mengawal dan mengawasi yang sudah terpilih.
“Kampanye pemilu saat ini memiliki tenggat
waktu terpanjang selama penyelenggaraan pemilu di Indonesia. Sehingga Bawaslu
mendorong kepada tokoh agama agar bersama-sama mencegah dan menolak politik
SARA dan politik uang,” imbaunya.
Paparan terakhir disampaikan Ketua MUI
Jepara, H. Mashudi. Pemilu hanyalah sarana bukan tujuan. Makanya pemilu
diharapkan bisa menghadirkan pemimpin yang sesuai dengan yang diharapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar