![]() |
Gus Nabah saat menyampaikan mauidhah. (Foto: Ahmad Zulfa) |
Alhimna.Com – KH
Ali Mubabah mengingatkan kepada jamaah pada Khatmil Quran, Hari Lahir (Harlah)
Pesantren XVIII serta haul pendiri pesantren Abah KH M. Mukhlisin.
“Jangan sekali-kali meremehkan “nonton”, nyawang
(bahasa Jawa)!” paparnya saat menyampaikan mauidhah hasanah di kompleks pesantren
Al-Uswah Kabupaten Semarang, Ahad (23/9/2019).
“5 perkara nyawang thok oleh ganjaran
(lima perkara yang hanya nonton saja akan mendapatkan pahala), pertama nyawang
Ka’bah. Kedua, nyawang Qur’an dengan cara membacanya. (sembari guyon
beliau menyampaikan; cari memantu yang mau dan mampu nyawang Qur’an ya).
Ketiga, nyawang guru. Keempat, nyawang wong tua (orang tua kita).
Kelima, nyawang garwa”, terang Gus Nabah.
Ia menambahkan kepada jamaah untuk takut 3
hal. Pertama kepada sang Khalik, Rasulullah dan istri. Bukan berarti istri
untuk ditakuti sebagaimana Allah dan utusannya. Akan tetapi istri merupakan
orang yang melahirkan keturunan.
“Di tangan istri kita inilah masa depan
keluarga bahkan Negara,” tandasnya.
Gus Nabah dengan perawakan semampai dan
berambut sebahu ini juga mengingatkan akan ngaji ala Baghdadiyyah. Alif
fathah a, Alif kasrah i, Alif dhammah u,
hingga seterusnya. Seringkali penceramah di Jawa menggunakan hal-hal yang mudah
diingat untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat.
“A, i, u artine aku iku urip neng. Bak
dhammah u bu yaitu bumi. Tsa’ fathah a Tsa artine tsak apik-apike. Kalau
digabung menjadi aku iku urip neng bumi tsak apik-apike (Aku itu hidup di dunia
menjadi sebaik-baik manusia),” papar Gus Nabah.
Gus Nabah bersyukur sekali dengan 34
khatimin–khatimat yang telah diwisuda. “Bertambah pula pahala bagi orang tua
mereka yang telah memondokkan anaknya di pesantren Al-Uswah ini. Selain itu,
al-Qur’an yang mereka baca itu bisa menyafa’ati mereka di hari akhir nanti.” (az)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar