![]() |
Saidah Sakwan dari PP LP Maarif NU saat jadi pembicara. (Foto: Istimewa) |
Alhimna.Com - Madrasah Ma'arif
NU wajib mengikuti perkembangan zaman. Salah satunya dengan melakukan inovasi
dan penguatan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Hal
itu terungkap dalam Pelatihan Kompetensi Guru Bidang Studi Manajemen Berbasis
Sekolah bagi Kepala Sekolah/Madrasah Ma'arif NU yang dibuka, Sabtu (11/8/2018)
dan selesai Ahad (12/8/2018).
Sebagi
pembicara Saidah Sakwan Wakil Ketua PP LP Maarif NU, Direktur
Institute for Research and Community Studies (IRCOS) Nur Samsudin, dan
Kepala Disdikpora Temanggung Darmadi.
Juga
50 kepala sekolah dan perwakilan dari Kaprodi PAI STAINU Temanggung Luluk
Ifadah, Kaprodi PGMI STAINU Temanggung Hamidulloh Ibda dan Khamim Saifuddin
Ketua Lembaga Penjamin Mutu STAINU Temanggung.
Ketua
Panitia H. Ahmad Jalil mengatakan kegiatan tersebut merupakan kerjasama antara
Disdikpora Temanggung, Institute for Research and Community Studies
(IRCOS), Kemendikbud dan Lembaga Ma'arif Nahdlatul Ulama.
"Ada
50 puluh kepala sekolah/ madrasah, SMP dan SMK di bawah naungan LP Ma'arif NU
Temanggung," beber dia.
Sebenarnya
acara ini adalah kerjasama antara LP Ma'arif dengan IRCOS. "Kami berharap,
kerjasama seperti diklat ini mohon tidak kali ini saja. Karena biasanya lima
tahun sekali," ujar dia dalam sambutan acara tersebut.
Direktur
Institute for Research and Community Studies (IRCOS) Nur Samsudin menegaskan
bahwa di Temanggung ada sekitar 162 lembaga pendidikan. "Kita baru bisa
melaksanakan pelatihan lima puluhan, sisanya nanti menyusul," beber dia.
IRCOS
menurut dia adalah lembaga independen yang bergerak di bidang riset dan
pemberdayaan masyarakat.
"LP
Ma'arif jangan khawatir nanti kita akan melakukan kegiatan berlanjut. Kebetulan
IRCOS disponsori dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kita untuk
kesempatan ini fokus di wilayah Wonosobo, Temanggung, Kota Magelang dan
Purworejo," lanjut dia.
Kepala
Disdikpora Temanggung, Darmadi menegaskan kegiatan itu merupakan pemacu dan
pemicu rasa syukur karena dari 160 baru bisa diundang 50 kepala sekolah.
"Saya mendukung kegiatan ini, siapa pun pelakunya tidak ada dikotomi. Baik
yang dikelola Kemendikbud maupun Kemenag," ujar dia.
Sekolah
hakikatnya adalah milik publik, kata dia, maka kepala sekolah adalah pemimpin
lembaga layanan publik. "Publik itu siapa, ya siswa. Di belakang siswa ada
masyarakat. Apa indikator kesuksesan layanan itu, ya kepuasan publik. Bukan
kepuasan pengelola atau panjenengan semua," lanjut dia.
Untuk
bisa meningkatkan kualitas itu, kata dia, maka harus ada survei kepuasan
publik. "Jika sudah disurvei maka akan ketemu hasilnya," papar dia.
Sementara
itu, Saidah Sakwan Wakil Ketua PP LP Ma'arif NU menegaskan pada tahun 2030
memiliki cita-cita membangun generasi emas.
"Alasannya,
kita sekarang sudah melewati era Revolusi Industri 4.0. Kita sudah beyond
revolusi industri ketiga, pasca robot, era digitalisasi, era di mana ada robot
tanpa mesin. Tantangan-tantangan ini harus kita jawab secepatnya," ujar
dia.
LP
Ma'arif NU, kata dia, ada 28.000 satuan pendidikan yang harus kita
majukan. "Situasi global seperti ini, posisi generasi NU di mana? Ya kita
sudah melakukan riset, afirmasi yang harus dibenahi. Ini adalah tantangan yang
harus kita jawab, LP Ma'arif NU berupaya menjawab hal itu lewat berbagai
program termasuk hari ini. Besuk kita juga ada program dengan Duta Besar
Australia," beber dia.
Tugas
berat LP Ma'arif NU, kata dia, juga pada radikalisme, ideologi transnasional.
"Tantangan global sudah datang, tantangan ideologi juga datang. Maka
pembelajaran Aswaja NU harus dikuatkan. Dari dulu saya tidak pernah mendengar
alumni Ma'arif NU kok ngebom," ujar dia.
Menurut
survei terbaru, kata dia, ada 89 juta warga NU. "Kita punya bonus
demograsi. Dari total penduduk 126 juta, kita harus menjadi garda depan dalam
kemajuan pendidikan," beber dia. (ip)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar