![]() |
Ibda, juara I lomba karya jurnalistik Kemdikbud. (Foto: Istimewa) |
Alhimna.Com -
Hamidulloh Ibda, dosen STAINU Temanggung menjadi Juara I kategori umum dalam
Lomba Karya Jurnalistik Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka Hardiknas 2018
yang bertajuk "Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan"
sebagai salah satu rangkaian Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2018.
Ari Santoso, Kepala Biro Masyarakat dan
Layanan Masyarakat Kemdikbud, menjelaskan acara itu merupakan skala dan
prestasinya nasional karena semua prosesnya digarap profesional.
"Semua juri profesional, memakai
aplikasi dan tahun ini lebih banyak pesertanya. Tahun kemarin untuk lomba karya
jurnalistik dan foto ada sekira 5000 dan tahun ini ada 7000 lebih. Jadi bapak,
ibu, adik-adik semua adalah pilihan se-Indonesia," beber dia.
Ia menjelaskan, lomba foto dan karya
jurnalistik sudah digelar lima kali. Dan tahun ini pesertanya paling banyak.
Panitia menobatkan 9 juara pada masing-masing
kategori. Mulai dari kategori guru, kategori umum dan kategori feature
dan beberapa juara lomba foto. Ibda diberi penghargaan dari Kemdikbud pada Rabu
(15/8/2018) malam di Gedung Ki Hajar Dewantara, Plaza Insan Berprestasi Lt.1
Kemdikbud, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta oleh Sekjen Kemdikbud Didik Suhardi,
Ph.D.
Sebelumnya, panitia mengumumkan juara lomba
Hardiknas itu di laman lombafotoartikel.kemdikbud.go.id dan di laman kemdikbud.go.id
tentang Pemenang Lomba Artikel dan Karya Jurnalistik Pendidikan dan Kebudayaan
2018 pada 07 Juni 2018.
Kemudian Rabu (15/8/2018) dia diberi
penghargaan oleh Kemdikbud bersama para juara dari ketagori artikel/ opini guru
dan karya jurnalistik/ feature serta bersama Pemenang Lomba Foto
Pendidikan dan Kebudayaan 2018.
“Alhamdulillah bisa berbagi, ini bukan
prestasi, hanya ikut meramaikan perayaan Hardiknas tahun 2018 ini,” beber
Kaprodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) STAINU Temanggung tersebut.
Dalam lomba Hardiknas itu, Ibda menjadi Juara
I Kategori Umum dengan artikel berjudul “Penguatan Bahasa Ibu untuk
Memajukan Kebudayaan” yang sebelumnya sudah dimuat di media Satelitpost
pada 19 April 2018 dan berhasil menyisihkan karya peserta lain se-Indonesia.
Sementara itu, sebelumnya penulis buku Sing
Penting NUlis Terus ini juga berhasil menjadi Juara I Lomba Esai tingkat
nasional bertema “Pengembangan Ilmu Berbasis Local Wisdom” yang digelar
Filsafat Ilmu UGM yang diumumkan pada 2 Juli 2018 melalui laman filsafatilmu.filsafat.ugm.ac.id.
Pada lomba itu, Ibda menulis esai bertajuk “Penguatan
Tasawuf Sosial Lewat Nyadran” yang menyisihkan peserta lain se Indonesia.
Ibda diberi penghargaan dari panitia pada 7 Juni 2018.
Panitia Lomba Esai UGM, Lingga, mengatakan
apresiasi terhadap kejuaraan tersebut. “Selamat Anda telah keluar sebagai
pemenang dalam Lomba Esai Menara Ilmu "Pengembangan Ilmu berbasis local
wisdom,” beber dia.
Sing Penting NUlis
Terus
Bagi pria kelahiran Pati 17 Juni ini, kunci
untuk awet muda salah satunya adalah membaca dan menulis.
“Kalau saya sih justru memilih menulis,
membaca, membaca, menulis. Pokoknya itu, apa saja, kapan saja, dan di mana saja
usahakan membaca yang agak serius, lalu tulislah,” ujar penulis buku Media
Literasi Sekolah itu.
Mengikuti perlombaan, bagi dia, adalah bagian
dari wahana publikasi ide dan gagasan.
“Sejak 2008, saya sudah menulis. Meski dulu acakadut,
tapi belajar dari banyak senior, teman, dan kolega, sampai sekarang alhamdulillah
saya tetap bisa menulis. Jadi, bukan jadi alasan kesibukan itu merenggut waktu
menulis. Kayak jadi candu gitu lah, karena dulu saya fokus artikel populer,
sekarang mau tidak mau harus bisa menulis buku dan jurnal ilmiah, penelitian
juga,” beber penulis buku Teacherpreneurship itu.
Ibda berharap, dari lomba yang ia ikuti itu
bisa menjadi motivasi bagi dirinya sendiri untuk terus menghidupkan budaya
literasi.
“Ini hanya bagian dari sebagian kecil
aktivitas literasi. Menulis itu hakikatnya ya candu, hobi, bukan sekadar
mencari materi. Adapun juara itu hanya bonus saja. Kuncinya, sing penting nulis
terus,” lanjut dia. (ip)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar