Alhimna.Com - Tradisi Pesta Baratan yang sudah dilanggengkan
oleh warga Kalinyamatan kabupaten Jepara merupakan nuansa untuk nguri-nguri
budaya.
Demikian diungkapkan Kiai Nurul Fawaid saat mengisi
mauidlah di hadapan jamaah masjid Al Makmur desa Kriyan kecamatan Kalinyamatan
kabupaten Jepara, saat pembukaan Pesta Baratan 2018, Ahad (29/4/2018) malam.
Budaya menurut pemaparannya ialah berasal dari kata
budi dan daya. Jika diterjemahkan daya, imajinasi, perkataan dan kegiatan yang
dikemas dengan baik.
Prosesi tersebut merupakan pembuka dari kegiatan Pesta
Baratan tahun 2018 yang diselenggaraka oleh Yayasan Lembayung Kalinyamatan.
Sebelum mauidlah diawali juga dengan pembacaan tahlil dan doa yang
dipimpin langsung KH Kahar Mudzakir, takmir masjid Al Makmur.
Sejak kegiatan tahunan tersebut dirintis tahun 2004
lalu start arak-arakan sosok Ratu Kalinyamat dimulai dari masjid yang
berada di desa Kriyan ini.
“Sehingga meski tahun ini start kegiatan tidak
di depan masjid ini karena untuk mengurangi kemacetan tetapi di sini tetap
dipenuhi pengunjung. Karena Kriyan adalah bagian dari sejarah Ratu Kalinyamat,”
jelas pengurus MWCNU Kalinyamatan ini.
Di samping itu kepada Camat, Kapolsek dan Danramil
serta jamaah ia menjelaskan dulu diawal dirintisnya kegiatan tersebut dibarengkan
dengan 15 Syakban (Nifsu Syakban). Sekarang dilaksanakan sehari sebelumnya.
“Tujuannya biar semua bisa dilakukan. Tanggal 14
syakban bisa mengikuti tradisi Baratan. Tanggal 15 Syakban bisa berdoa nisfu
syakban dengan khusuk.”
Baratan sendiri berasal dari baraatan yang
artinya lepas atau merdeka. Menjelang datangnya Ramadhan hati manusia harus
terbebas dari dosa. Jajanan yang dibuat dan dihidangkan saat nisfu syakban
ialah puli. Puli masih kata dia itu memuli/ memuji ala bidikrilllah.
Dulu zaman old sebelum ada listrik di momen
tersebut juga banyak yang menyalakan dilah (lampu penerang). “Dilah,
wedi marang gusti Allah, takut kepada Allah,” lanjutnya.
![]() |
Teatrikal "Trus Karya Tataning Bumi" mampu menghipnotis ribuan pengunjung. |
Yang tak kalah penting di nisfu syakban imbau Kiai
Fawaid harus ingat kepada para leluhur. Karena itu, tradisi yang positif
tersebut lanjutnya harus diuri-uri dengan bekerjasama dengan pemerintah,
dan masyarakat luas.
Usai prosesi pembukaan Pesta Baratan, kegiatan
dilanjutkan dengan arak-arakan simbol Ratu Kalinyamat dari depan KUD Margoyoso
menuju ke lapangan Banyuputih yang dilepas Camat Kaliyamatan.
Sejak Isyak 3 desa di Kecamatan Kalinyamatan yakni
Margoyoso, Kriyan, Banyuputih dan sekitarnya penuh sesak dipenuhi pengunjung.
Mereka datang dari berbagai penjuru untuk memeriahkan gawe yang dihelat
Yayasan Lembayung Kalinyamatan tersebut.
Sampai di panggung utama di lapangan Banyuputih
penonton yang berjumlah ribuan itu dihibur dengan teatrikal yang disutradai
Abdi Munif dengan judul “Trus Karya Tataning Bumi” serta diiringi
warna-warni music dan music pembuka angluistic. (ip)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar