Alhimna.Com - Ngaji dan budaya
adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan dan menjadi hal yang sangat penting.
Ibarat itu dijelentrehkan Candra Malik saat menjadi pembicara dalam
Ngaji Budaya yang diselenggarakan Pesantren Nailun Najah desa Kriyan kecamatan
Kalinyamatan kabupaten Jepara, Sabtu (5/5/2018) malam.
Menurut pengasuh
pesantren Asy-Syahadah Karanganyar, Jawa Tengah mendaras qur’an (ngaji)
itu penting tetapi macapatan (budaya) jangan lantas ditinggalkan.
Ngaji budaya kata
lelaki yang akrab disapa Gus Candra sejalan dengan amanat Muktamar NU ke-33 di
Jombang, Jawa Timur yang waktu itu menggelorakan Islam Nusantara.
Didampingi Sujiwo
Tejo (budayawan) dan Ammar Abdillah (penyair asal Pati) dirinya menegaskan
Islam Nusantara (Isnus) bukanlah mazhab baru. “Kenapa dipermasalahkan.
Masalahnya di mana?”
Di sela-sela
berbicara serius ia malah menyelinginya dengan guyonan. “Ada Islam
Negeri, kepanjangan dari UIN, Islam Terpadu singkatan dari SDIT juga tak
masalah. Kenapa Islam Nusantara dipermasalahkan?”
Masih menurutnya
Isnus adalah upaya untuk merukunkan agama dan budaya. “Agama menjadi ajarannya
dan bangga dengan budayanya,” tegasnya kepada jamaah yang hadir.
Wakil Ketua PP
Lesbumi PBNU itu menambahkan menjadi muslim Nusantara adalah istimewa karena
tidak hanya mikir surganya sendiri surga orang lain juga tak luput untuk
dipikirkan. Sehingga gerakan budaya adalah gerakan untuk memikirkan orang lain
baik kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan.
Senada dengan Gus
Candra, Ammar Abdillah penyair asal Pati yang didapuk sebagai pemantik dialog
memaparkan ngaji dilakukan agar orang menjadi berharga.
Sedangkan budaya yang
berasal dari kata budi dan daya menurut tafsirannya budi adalah akhlak dan daya
sebagai upaya menampakkan sesuatu.
Penyair lulusan timur
tengah itu melanjutkan masyarakat di Pantura hingga Surabaya kebanyakan sudah
beradab tetapi akhlaknya yang kurang.
Di Jawa urainya
memanggil “cuk” sebagai sapaan akrab untuk mengakrabkan satu dengan yang lain
sudah menjadi hal yang lumrah. Sedangkan di Arab untuk menyapa satu dengan
orang lain dengan banyak basi-basi.
Ngaji Budaya dalam
rangka akhiris sanah majelis “Kenduri Syafaat” berlangsung gayeng. Tidak
hanya dialog bersama Amar Abdullah, Sujiwo Tejo dan Candra Malik. Tanya jawab
juga dilontarkan jamaah kepada pembicara.
Ngaji budaya diawali
pentas santri dan teatrikal tari sufi. Grup musik wedang “Wedang Rondo” dan
paduan suara Unisnu Jepara berkolaborasi dengan Sujiwo Tejo dan Candra Malik
saat kedua budayawan itu menyanyikan lagu-lagu yang mereka bawakan. Canda tawa
dan tepuk tangan mewarnai kegiatan yang rampung hingga dini hari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar